Judul yang tepat tidak hanya membutuhkan rangkaian kalimat yang unik, menarik, dan kontekstual, tetapi juga rapi dan sesuai kaidah. Tata penulisan yang amburadul hanya akan membuat calon pembaca merasa penulis tidak memiliki kredibilitas atau kemampuan yang terpercaya, sehingga jangankan lanjut membaca, melirik lagi saja belum tentu berkenan.
Nah, agar terhindar dari kesalahan tersebut, simak penjelasan Kaidah Penulisan Judul yang Baik dan Benar menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) berikut:
1. Setiap Huruf di Awal Kata Ditulis Dengan Huruf Kapital
Ada beberapa ragam cara penulisan judul, di antaranya adalah menulis keseluruhan huruf dengan huruf kapital (contoh: ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN). Cara itu tidak salah, tetapi menimbang dari segi kerapian, banyak yang lebih memilih cara konvensional. Cara penulisan judul yang benar adalah menulis setiap awal kata dengan huruf kapital, terutama huruf pada kata paling depan (perhatikan: Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Ronggeng Dukuh Paruk). Aturan ini berlaku untuk hampir semua jenis kata termasuk nama, tempat, sifat, keterangan. Namun, ada beberapa pengecualian yang akan dijelaskan pada poin-poin berikut.
2. Gunakan Huruf Kecil untuk Preposisi, Konjungsi, dan Interjeksi
Yang dimaksud dengan preposisi adalah kata depan yang diikuti oleh kata lainnya. Dilihat dari fungsinya, kata ini memiliki fungsi untuk menjelaskan dan memberikan kesinambungan antara kata sebelum dan kata selanjutnya. Yang termasuk dalam preposisi adalah: di, ke, pada, dalam, yaitu, kepada, daripada, untuk, bagi, ala, bak, tentang, mengenai, sebab, secara, terhadap, dst.
Contoh judul menggunakan preposisi:
Contoh konjungsi dalam suatu judul:
Perhatikan judul-judul berikut:
3. Perhatikan Kaidah Huruf Kapital pada Kata Ulang
Terkadang, kita menemukan kata ulang pada judul yang akan kita gunakan. Untuk mengetahui cara penulisannya, pertama-tama kita harus mengenali bentuk kata ulang tersebut. Pada dasarnya, kata ulang bisa didefinisikan sebagai kata yang telah mengalami pengulangan (reduplikasi) pada kata dasarnya. Kata ulang murni (dwilingga) dan kata ulang semu harus ditulis dengan huruf kapital di setiap awal kata karena sifatnya yang bisa dibilang tidak mengalami perubahan apapun. Seperti contoh-contoh berikut:
Pengalamanku Menyembelih Biri-Biri di Hari Raya Kurban
Nah, agar terhindar dari kesalahan tersebut, simak penjelasan Kaidah Penulisan Judul yang Baik dan Benar menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) berikut:
1. Setiap Huruf di Awal Kata Ditulis Dengan Huruf Kapital
Ada beberapa ragam cara penulisan judul, di antaranya adalah menulis keseluruhan huruf dengan huruf kapital (contoh: ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN). Cara itu tidak salah, tetapi menimbang dari segi kerapian, banyak yang lebih memilih cara konvensional. Cara penulisan judul yang benar adalah menulis setiap awal kata dengan huruf kapital, terutama huruf pada kata paling depan (perhatikan: Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Ronggeng Dukuh Paruk). Aturan ini berlaku untuk hampir semua jenis kata termasuk nama, tempat, sifat, keterangan. Namun, ada beberapa pengecualian yang akan dijelaskan pada poin-poin berikut.
2. Gunakan Huruf Kecil untuk Preposisi, Konjungsi, dan Interjeksi
Yang dimaksud dengan preposisi adalah kata depan yang diikuti oleh kata lainnya. Dilihat dari fungsinya, kata ini memiliki fungsi untuk menjelaskan dan memberikan kesinambungan antara kata sebelum dan kata selanjutnya. Yang termasuk dalam preposisi adalah: di, ke, pada, dalam, yaitu, kepada, daripada, untuk, bagi, ala, bak, tentang, mengenai, sebab, secara, terhadap, dst.
Contoh judul menggunakan preposisi:
- Tips Memasak Daging ala Chef Juna
- Surat dari Praha
- Anak Perawan di Sarang Penyamun
Contoh konjungsi dalam suatu judul:
- Si Jamin dan Si Johan
- Dahulu Kaya, kemudian Miskin: Sebuah Antologi Kisah
Perhatikan judul-judul berikut:
- Gaya Busana Adik Alyssa Soebandono Ini Tidak Kalah dengan Kakaknya, lho!
- Jalan-Jalan ke Maldives, yuk!
3. Perhatikan Kaidah Huruf Kapital pada Kata Ulang
Terkadang, kita menemukan kata ulang pada judul yang akan kita gunakan. Untuk mengetahui cara penulisannya, pertama-tama kita harus mengenali bentuk kata ulang tersebut. Pada dasarnya, kata ulang bisa didefinisikan sebagai kata yang telah mengalami pengulangan (reduplikasi) pada kata dasarnya. Kata ulang murni (dwilingga) dan kata ulang semu harus ditulis dengan huruf kapital di setiap awal kata karena sifatnya yang bisa dibilang tidak mengalami perubahan apapun. Seperti contoh-contoh berikut:
Pengalamanku Menyembelih Biri-Biri di Hari Raya Kurban
- Hidup Si Kupu-Kupu Malam
- Sayap-Sayap Kenangan
- Kecil-Kecil Jadi Manten
- Kapolres Situbondo: Gerak-gerik Ibu Korban Mencurigakan
- Berjalan-jalan di Kota Surabaya
- Cerai-berai Negeriku
Tidak ada komentar