Kesusastraan Peralihan zaman Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi |
A. Pengertian Sastra Peralihan
Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya. Sebelum masuk ke sastra Indonesia / setelah zaman Melayu dan Islam sejarah sastra Indonesia mengalami suatu zaman peralihan ini dikenal juga sebagai zaman Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi.
Inti dari setiap cerita Melayu adalah suatu cerita rakyat atau kelompok cerita rakyat yang dipengaruhi India yang dimanipulasi baik dalam kesatuan tempat, waktu, maupun kebenaran sejarah (Winstedt, 1969:70). Setelah itu, sastra Melayu dipengaruhi cerita Jawa dan Islam. Dari sastra terpengaruh Hindu ke sastra Islam ditemukan cerira-cerita transisi.
Yang dimaksud sastra peralihan (transisi) ialah karya sastra yang di dalamnya tergambar peralihan dari pengaruh Hindu ke pengaruh Islam. Di dalam sastra peralihan, terdapat cerita-cerita dengan motif Hindu, tetapi unsur-unsur Islam juga dimunculkan. Istilah sastra zaman peralihan muncul berdasarkan asumsi bahwa sebelum Islam masuk ke Melayu, pengaruh India (khususnya agama Hindu dan Buddha) sudah begitu dalam mempengaruhi pikiran orang-orang Melayu.
Sastra yang terpengaruh India (Hindu dan Buddha) mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri sastra yang masih terpengaruh India adalah sebagai berikut:
a) Sumber kekuasaan dan kekuatan diceritakan berasal dari dewa-dewa. Hal ini sesuai dengan pandangan Hindu bahwa yang menguasai dunia ialah para dewa.
b) Dewa dan manusia sering berinteraksi. Manusia tertentu sering dikatakan masih keturunan dewa atau dewa keindraan yang turun ke dunia.
c) Motif-motif cerita dari Mahabharata dan Ramayana sering muncul, namun dalam konteks yang berbeda. Motif tersebut misalnya kisah sayembara memperebutkan istri, senjata sakti, pembuangan tokoh utama, dan sebagainya.
B. PERBEDAAN KARANGAN ABDULLAH DENGAN SASTRA LAMA
1. Bentuk bahasanya baru, tidak memakai bahasa klise.
Tak banyak lagi dipakai kata-kata Arab secara berlebih-lebihan.
2. Isinya,
a. Tidak bersifat istana sentries
b. Mulai menceritakan orang kebanyakan
c. Tidak bersifat khayal
C. Ciri-ciri Sastra Peralihan
Sastra peralihan memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Hikayat zaman peralihan mempunyai motif-motif cerita India. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut:
Tokoh Peristiwa, Tokoh Ditokohi dewa-dewi, bidadari, yang turun ke dunia untuk menjadi anak raja. Kelahiran tokoh Tokoh utama biasanya lahir secara ajaib, disertai gejala alam luar biasa, lahir bersama senjata sakti.
Tuah Anak raja biasanya membawa tuah yang menjadikan negeri makmur, aman sentausa
Petualangan Setelah mengalami masa damai bersama orang tuanya, tokoh utama biasanya melakukan petualangan yang luar biasa dan memperoleh hikmat-hikmat yang luar biasa pula. Petualangan itu terjadi karena beberapa sebab, misalnya difitnah, diserang garuda/ naga, mencari putri yang ada dalam mimpi, diculik, dan sebagainya.
Akhir cerita Cerita diakhiri dengan tokoh utama yang berbahagia bersama istri-istrinya.
b. Muncul unsur-unsur Islam.
Dalam hikayat peralihan, unsur-unsur Islam dimunculkan. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut. Penyebutan nama Tuhan mula-mula disebut dengan nama Hindu seperti dewata mulia raya, Batara Kala lalu menjadi nama Islam seperti raja syah alam atau Allah Subhana wa Ta’ala.
c. Penggantian judul
Dalam hal judul, sastra zaman peralihan sering memiliki dua judul, yakni judul yang terpengaruh Hindu dan judul yang terpengaruh Islam. Contoh hikayat yang memiliki dua judul tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
Nama Hindu Nama Islam
(1) Hikayat Marakarma Hikayat Si Miskin
(2) Hikayat Indrajaya Hikayat Bikramajaya
(3) Hikayat Syah Mardan
(4) Hikayat Serangga Bayu
(5) Hikayat Ahmad Muhammad
d. Dimunculkan percakapan mengenai agama Islam oleh tokoh tertentu.
Misalnya:
(1) Inderajaya bertanya jawab tentang agama Islam dengan istrinya,
(2) Lukman Hakim muncul menerangkan perbedaan antara sembahyang dan salat, arti syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat.
(3) Isma Yatim menguraikan syarat raja dan hukum Allah (Fang, 1991:152).
e. Ceritanya masih ada unsur masa lampau,
Ceritanya masih ada unsur lampau tetapi sudah ditulis siapa nama pengarangnya , berbeda dengan karya sastra sebelumnya yang belum dicantumkan nama pengarangnya
Tidak ada komentar