Secara garis besar, unsur pembangun puisi terbagi ke dalam dua macam, yakni struktur fisik dan struktur batin (Kosasih, 2012: 97). Berikut penjelasannya.
1. Unsur Fisik
Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi yang bersifat fisik atau nampak dalam bentuk susunan kata-katanya. Unsur fisik meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Diksi (Pemilihan Kata)
Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik itu makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya.
Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif dan ada pula kata-kata yang berlambang. Makna dari kata-kata itu mungkin lebih dari satu efek keindahan. Bunyinya harus indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya.
Kata konotasi adalah kata-kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman, kesan, imajinasi, dan sebagainya.
Kata-kata berlambang digunakan penyair dalam puisinya seperti gambar, tanda, ataupun kata yang menyatakan maksud tertentu. Misalnya, api adalah lambang ‘semangat’.
b. Pengimajinasian
Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Dengan kata-kata yang digunakan penyair, pembaca seolah-olah (1)
mendengar suara/imajinasi auditif, (2) melihat benda-benda/imajinasi visual, dan (3) meraba serta menyentuh benda-benda/imajinasi taktil.
c. Kata Konkret
Untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus diperkonkret atau diperjelas. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyir.
d. Bahasa Figuratif (Majas)
Majas (figurative language) ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan hal yang lain.
e. Rima/Ritme
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkannya pun lebih kuat. Ritma diartikan sebagai pengulangan kata, frase, atau kalimat dalam bait-bait puisi.
f. Tata Wajah (Tipografi)
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait.
2. Unsur Batin
Struktur batin puisi adalah unsur pembangun puisi yang tidak tampak langsung dalam penulisan kata-katanya. Ada empat unsur batin puisi, yakni tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat.
a. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang digunakan penyair dalam puisinya. Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya. Tema menjadi kerangka pengembang dalam sebuah puisi.
b. Perasaan
Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada kekasih, kepada alam, atau kepada sang Khalik.
c. Nada dan Suasana
Nada puisi adalah sikap penyair kepada pembaca. Adapun suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan puisi itu terhadap jiwa pembaca.
d. Amanat
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan.
Tidak ada komentar