Teori Kurikulum Menurut Para Ahli

Teori Kurikulum Menurut Para Ahli
Kurikulum
Selamat Pagi Sobat Indonesiaku, Kalian tahu tidak apa saja sih teori kurikulum menurut para ahli? Oh belum tahu ya, baiklah sekarang kita akan memperlajari tentang teori kurikulum menurut para ahli. Sialakan dibaca.

Teori dan praktik haruslah seiring sejalan, saling menunjang, saling menggenapi satu sama lain. Para pakar teori bekerja sekuat daya menciptakan teori-teori baru dan para pelaksana menerjemahkannya ke dalam praktik yang nyata. Demikian pula hendaknya dalam teori dan praktik kurikulum pendidikan dan pengajaran bahasa. Banyak para pakar teori kurikulum mencoba merekontruksi pandangan-pandangan mengenai upaya karya kurikulum serta keprihatinan-keprihatinanya yang kebanyakan memang sangat penting dan menonjol.

Artikel yang berjudul “The Practical Uses of Curriculum Theory” disajikan oleh prof. Elizabeth valance (tip XXI : 4-10 dalam Tarigan, 1993:7). Sebagai pembuka edisi tersebut. Butir-butir yang dapat dipetik dari artikel tersebut, antara lain :

1. Penggunaan teori kurikulum memang berbagai ragam, bergantung dari makna khusus istilah tersebut. Yang paling sesuai dengan tugas kita adalah “teori kurikulum” melibatkan pemikiran ilmiah yang cermat, unggul terhadap berbagai formulasi yang berbeda-beda, dan memberikan suatu kumpulan kegiatan yang secara umum bermaksud menjelaskan cara berpikir kurikulum itu.

2. Kegunaan praktis teori kurikulum, apabila dibatasi sebagai  suatu kumpulan prinsip yang koheren, akan lebih terarah kalau teori tersebut berada dalam suatu disiplin tertentu yang mantap.

3. Kalau “teori kurikulum” dikacaukan dengan “model-model kurikulum”, maka kegunaan praktisnya paling sedikit ada dua, yaitu :

(a)    Aplikasi model-model yang ada terhadap situasi-situasi nyata tertentu akan membantu sang pelaksana/praktisi untuk melihat secara lebih jelas pola-pola yang beroperasi dalam kelasnya atau dalam pengembangan kurikulum.
(b)   Model-model tidak hanya diterapkan dari situ; para pelaksana secara regular meramunya dari pengalaman-pengalaman praktis mereka sendiri untuk memahaminya dalam kategori-kategori informal, hierarki-hierarki, grafik-grafik, atau bentuk-bentuk model lainnya.

4. Penggunaan praktis teori kurikulum benar-benar menuntut kita untuk melakukan suatu analisis terhadap situasi-situasi nyata. “Teorisasi” dalam teori kurikulum terjadi pada setiap tingkat dan dalam setiap makna “teori”.

Prof. William F. Pinar (dari University of Rochester) dan Prof. Madeleine R. Grumet (dari William Smith College) dalam artikel bersama yang berjudul “Socratic Caesura and the Theory-Practice Relationshep” (pp. 50-54) dalam Tarigan, 1993:14. Melihat bahwa :

1. Terlalu sering, teori kurikulum disamakan dengan kebijakan kurikulum, dengan suatu bentuk idealisme yang nilainya merupakan kapasitasnya yang akan dialihkan secara serta merta ke dalam/menjadi kegiatan praktis.

2.  Terlalu sering, teori kurikulum dinodai/dicemari oleh kompleksitas kesadaran diri karya akademik, meremehkan kegiatan praktis untuk memelihara/mempertahankan hak (istemewa) kelas yang berpegang teguh pada hal-hal yang abstrak untuk memperluas kekuasaan statusnya.

Prof. Cleo H. Cherryhlomes dari Michigan State University menampilkan artikel “What Is Curriculum Theory? A Special Problem in Social Theory” (pp. 28-33) dalam Tarigan, 1993:12. Dari artikel tersebut dapat kita petik butir-butir berikut ini :

1.    Teori kurikulum haruslah menangani paling sedikit tiga bidang masalah, yaitu :
(a)  Praktik pendidikan haruslah dijelaskan;
(b)  Kriteria etis yang yang diperlukan untuk meningkatkan; dan
(c)  Isinya haruslah dikonseptualisasikan. 

2.    Ada beberapa masalah mengenai penjelasan praktik pendidikan :
(a)   Teori-teori dan penjelasan-penjelasannya tidaklah sempurna;
(b)   Makna istilah-istilah teoretis terbaca bagi pertanyaan;
(c)   Aspek lain dari makna istilah-istilah teoretis menimbulkan berbagai isu yang berbeda-beda;
(d)  Para pakar teori kurikulum haruslah menangani isu ketiga itu yang berkaitan dengan penjelasan-penjelasan dan masalah-masalah maknanya.

Teori kurikulum haruslah juga memberikan perhatian yang koheren terhadap isi substentif. Harus disadari benar-benar bahwa sedikit sekali harapan bahwa teori kurikulum akan dapat bersifat komprehensif pada semua bidang kurikuler. Oleh karena itu, teori kurikulum janganlah dianggap sebagai suatu pernyataan tetapi sebagai suatu pelacakan dan pencarian. Sang pelacak atau pencari akan bergerak dari satu masalah, dari satu situasi masalah kepada situasi masalah lainnya.

Tidak ada komentar