Analisis Unsur Ekstrinsik Novel OLENKA Karya Budi Darma

Analisis Unsur Ekstrinsik Novel OLENKA Karya Budi Darma - Indonesiaku Hallo sobat blogger semuanya berjumpa lagi dengan saya. Sebelumnya saya telah membagikan artikel tentang analisis unsur intrinsik novel olenka karya budi darma, sekarang saya akan membagikan sebuah artikel tentang analisis novel. Novel yang saya analisis adalah novel Olenka, saya akan membahas analisis dari unsur pembangun novel yaitu unsur ekstrinsik. baiklah langsung saja kita belajar bersama-sama.

Analisis Unsur Ekstrinsik Novel OLENKA Karya Budi Darma
Novel Olenka Karya Budi Darma
ANALISIS UNSUR EKSTRINSIK NOVEL OLENKA 

1) Nilai-nilai yang terkandung
Dalam novel ini terdapat nilai-nilai yang terkandung. Diantaranya ada nilai moral, dan nilai estetik
a. Nilai Moral
Dalam novel ini terdapat nilai moral yang sangat tidak patut ditiru yaitu sebagai berikut:
b. Adanya perselingkuhan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sudah mempunyai istri. Hal ini terlihat pada jalan cerita novel Olenka ini ketika tokoh saya di telpon oleh Olenka untuk memeluk dirinya. Sesuai dengan penggalan berikut ini:
“… sering dia merasa tidak puas saya handuki, dan mempersilahkan tangan telanjang saya untuk berperan sebagai handuk kedua. Katanya tangan saya hangat, nikmat, dan menyengat.” (Olenka: 42)

2) Nilai Estetik
a. Biografi Budi Darma
Nama : Prof. Dr. Budi Darma
Lahir : Rembang, Jawa Tengah 25 April 1937
Prestasi : Hadiah Pertama Sayembara Mengarang Roman DKJ (1980),
Hadiah Sastra DKJ tahun 1983 melalui novel Olenka,
Cerpen Pilihan Kompas 1998 melalui cerpen Derabat,
Cerpen Pilihan Kompas 2001 melalui cerpennya Mata yang Indah,
Hadiah Sastra ASEAN,
Anugerah Seni Pemerintah RI tahun 1993,
Satyalencana Kebudayaan dari Presiden RI,

Prof. Dr. Budi Darma, M.A.lahir tanggal 25 April 1937 di Rembang, Jawa Tengah. Ia anak keempat dari enam bersaudara yang semuanya laki-laki. Kedua orang tuanya berasal dari Rembang. Ayahnya bernama Munandar Darmowidagdo dan bekerja sebagai pegawai kantor pos. Ibunya bernama Sri Kunmaryati. Karena pekerjaan ayahnya, Budi darma sering berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti orang tuanya, antara lain di bandung, Yogyakarta, dan Semarang.
Budi Darma menikah pada tanggal 14 Maret 1968 dengan Sitaresmi, S.H., yang lahir 7 September 1938. Dari pernikahannya itu, mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Diana (lahir di Banyuwangi, 15 Mei 1969), Guritno (lahir di Banyuwangi, 4 Februari 1972), dan Hannato Widodo (lahir di Surabaya, 3 Juni 1974).

Budi Darma menempuh pendidikan di berbagai kota. Pendidikan sekolah dasar diselesaikannya tahun 1950 di Kudus, Jawa Tengah. Sekolah menengah pertama diselesaikannya tahun 1953 di Salatiga, Jawa Tengah. Kemudian, pendidikan sekolah menengah atas (SMA) diselesaikannya di Semarang tahun 1956. Setamat SMA, Budi Darma meneruskan kuliah di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, dan selesai tahun 1963. Judul skripsinya adalh Tragic Heroes in The Plays of Marlowe. Selama satu tahun (1967) ia mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat. Pada tahun 1970---1971 ia mendapat beasiswa dari East West Centre untuk belajar ilmu budaya dasar (basic humanities) di Universitas Hawai, Honolulu, Amerika Serikat. Pada tahun 1975 meraih gelar M.A. dari Universitas Indiana, Bloomington, Indiana, Amerika Serikat, yang judul tesisnya adalah Tha Death and The Alive, dan tahun 1980 di universitas yang sama ia meraih gelar Ph.D. dengan judul disertasinya Character and Moral Jugment in Jane Austin’s Novel.

Setelah tamat dari Jurusan Satra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, (1963) sampai sekarang, Budi Darma mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) (dahulu IKIP Surabaya). Selain sebagai dosen, Budi Darma juga pernah menjabat Ketua Jurusan Sastra Inggris (1966—1970 dan 1980—1984), Dekan Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (1963—1966 dan 1970—1974), dan Rektor IKIP Surabaya (1984—1988). Tahun 1980 ia menjadi visiting associate research di Universitas Indiana.

Budi Darma tercatat sebagai anggota Modern Language Association (MLA), New York (1977—1990). Nama Budi Darma tercatat dalam buku Who’s Who in The World (1982—1983).

Sumbangan Budi Darma kepada kehidupan sastra sangat besar. Dalam kerangka kerja sama Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), Budi Darma membimbing cerpenis dan esais muda berbakat dari Brunai Darussalam, Indonesia, dan Malaysia dalam wadah Program Penulisan Mastera (1998—1999). Budi Darma juga terlibat dalam pembimbingan berbagai lokakarya dan penataran sastra bagi pegawai Pusat Bahasa dan dosen muda dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Hasil karya Budi Darma berbentuk cerita pendek, novel, esai, dan puisi yang tersebar di berbagai media massa, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Budi Darma dianggap memelopori penggunaan teknik kolase, yaitu teknik penempelan potongan iklan bioskop dan tiket pertunjukan dalam karya-karyanya, seperti Orang-Orang Bloomington dan Olenka.

b. Latar Belakang Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi psikologi penulisan novel. Letak tempat tinggal pengarang yang berada di apartemen Tulip Tree dan di Negara Bloomington ternyata benar-benar dijadikan latar tempat bagi penulisnya. Hal ini dapat dilihat dalam penggalan novel berikut ini:
““… hamper setengah jam listrik sebagian besar Bloomington mati.” (Olenka: 28)
“… memang dia sering nunggu bis di depan Tulip Tree…”(Olenka: 13)

c. Latar Belakang pendidikan
Dalam novel ini terdapat pelajaran yang dapat dipetik. Pelajaran yang dapat diambil itu adalah ketidakputus asaan untuk mengejar sesuatu. Hal ini dapat dilihat dari penggalan novel sebagai berikut:
“ Memang untuk dapat melihat diri kita sendiri dengan benar kita tidak selayaknya menjadi narkisus. Untuk menjadi lebih agung, kita tidak perlu menonton diri kita sebagai jagoan dalam novel-novel picisan. Seperti yang dikatakan oleh orang-orang Yunani Kuno, kita memerlukan “catharsis”, yaitu rasa mual terhadap diri kita sendiri. Roquentin dalam novel Sartre La Nausee juga merasakan “supreme degout de moi,” demikian juga Fanton Drummond menjelang akhir novel Olenka. Mata mereka menembus tubuh mereka, dan mereka tahu apa yang berkecamuk di dalamnya.” (Olenka: 224)

Demikian artikel Analisis Unsur Ekstrinsik Novel Olenka semoga bermanfaat bagi kita semua. Bagi yang ingin mendapatkan file lengkap analisis novel berdasarkan unsur pembangun mulai dari awal sampai akhir silakan menghubungi saya. sekian terima kasih

Tidak ada komentar